Kamis, 28 Juli 2011

Jurusan Kuliah dengan Prospek Gaji Besar

Ilustrasi : Corbis
AMERIKA SERIKAT – Kuliah memiliki banyak tujuan. Ada yang ingin mencari ilmu setinggi mungkin, agar punya gelar, atau untuk menaikkan posisi tawar saat mencari kerja. Namun tahukah kamu bahwa tidak semua jurusan yang ada di bangku kuliah membuat ‘nilai’ pencari kerja meningkat?  
Bahwa tidak semua jurusan mampu ‘membayar’ kembali saat lulus, seperti daftar yang dibuat olehPayScale. Situs ini memaparkan jurusan yang lulusannya digaji dengan nilai paling tinggi di Amerika Serikat. Uniknya, jurusan kedokteran tidak masuk dalam daftar 13 besar. Begitu juga dengan ilmu sosial, tidak ada yang masuk dalam daftar ini. Lantas, jurusan apa saja yang paling menghasilkan gaji tinggi? Berikut pemaparannya. 

1. Jurusan Teknik Perminyakan
Lulusan jurusan ini yang memiliki pengalaman kerja dua tahun (atau disebut PayScale sebagai pemula), rata-rata dibayar USD97.900 atau setara dengan Rp828,9 juta per tahun. Sementara yang sudah pengalaman selama 15 tahun (mid-career), dibayar USD155 ribu atau setara dengan Rp1,3 miliar per tahun. 

2. Jurusan Teknik Kimia
Tingkat pemula jurusan ini rata-rata dibayar USD64.500 atau setara dengan Rp546 juta per tahun. Sementara mid-carrer rata-rata dibayar USD109 ribu atau setara dengan Rp922,9 juta per tahun. 

3. Teknik Listrik
Lulusan teknik listrik yang pemula rata-rata dibayar USD61.300 atau setara dengan Rp519 juta per tahun. Sementara yang mid-career dibayar USD103 ribu atau setara dengan Rp872,1 juta per tahun. 

4. Material Science
Lulusan jurusan ini dibayar rata-rata USD60.400 atau setara dengan Rp511,4 juta per tahun (untuk pemula) dan USD103 ribu (Rp872 juta) per tahun untuk tingkat mid-career. 

5. Teknik Penerbangan 
Lulusan jurusan ini dibayar rata-rata USD60.700 atau setara dengan Rp513,9 juta per tahun (untuk pemula) dan USD102 ribu atau setara dengan Rp863,6 juta per tahun (untuk mid-career). 

6. Teknik Komputer
Untuk lulusan pemula, rata-rata dibayar USD61.800 atau setara dengan Rp523,3 juta per tahun. Sementara yang mid-career dibayar USD101 ribu atau setara dengan Rp855,2 juta per tahun. 

7. Ilmu Fisika
Lulusan jurusan ini yang pemula rata-rata dibayar USD49.800 (Rp421,6 juta) per tahun sementara untuk yang mid-career dibayar USD101 ribu (Rp855,2 juta) per tahun. 

8. Matematika Terapan
Lulusan jurusan ini rata-rata dibayar USD52.600 (Rp445,4 juta) per tahun untuk pemula. Sementara untuk mid-career rata-rata dibayar USD98.600 (Rp834,8 juta) per tahun. 

9. Ilmu Komputer
Untuk pemula lulusan jurusan ini, rata-rata dibayar USD56.600 (Rp479,3 juta) per tahun. Sementara yang mid-career rata-rata dibayar USD97.900 (Rp829 juta) per tahun. 

10. Teknik Nuklir
Lulusan pemula rata-rata dibayar USD65.100 (Rp551,2 juta) per tahun. Sementara untuk yang mid-career rata-rata dibayar USD97.800 (Rp828,1 juta) per tahun. 

11. Teknik Biomedical
Lulusan jurusan ini yang pemula rata-rata dibayar USD53.800 (Rp455,5 juta) per tahun. Sementara mid-career rata-rata dibayar USD97.800 (Rp828 juta). 

12. Ekonomi
Untuk pemula, rata-rata dibayar USD47.300 (Rp400 juta lebih) sementara yang mid-career dibayar USD94.700 (Rp801 juta lebih) per tahun. 

13. Teknik Mesin
Lulusan pemula jurusan ini rata-rata dibayar USD58.400 (Rp494 juta lebih) per tahun sementara yang mid-career dibayar USD94.500 (Rp800 juta lebih) per tahun.Sumber: http://kampus.okezone.com/read/2011/07/27/373/484960/jurusan-kuliah-dengan-prospek-gaji-besar


Sabtu, 23 Juli 2011

Thariq bin Ziyad, Sang Penakluk Bumi Spanyol – Andalusia


Sejarah mencatat namanya sebagai panglima perang tangguh dan ahli strategi. Namanya pula yang kini diabadikan sebagai nama tempat yang cukup terkenal, Giblartar, di Spanyol. Di tempat inilah ia pertama kali menetap untuk melawan Raja Roderic dari Kerajaan Visigothic, Spanyol, yang dzalim.
Sejarah awal penaklukan Andalusia tidak bisa lepas dari keberhasilan pasukan bangsa Barbar dari Afrika Utara yang dipimpin oleh Thariq Ibn Ziyad ini. Ia berhasil mengalahkan pasukan Raja Roderic dalam sebuah pertempuran efektif selama 8 (delapan) hari, waktu yang sangat singkat untuk menaklukkan sebuah wilayah. Apalagi, jumlah pasukan musuh delapan kali lebih banyak.
Pertempuran itulah yang telah membawa kemenangan gemilang dan membuka pintu gerbang kejayaan Islam untuk masa waktu delapan abad lamanya.
Cerita penaklukan bermula ketika Julian gubernur Ceuta (yang wilayahnya menyatu dengan daratan Maroko) yang di bawah kekuasaan Spanyol memendam kebencian kepada Raja Roderic. Sang raja memperkosa anak perempuannya, Florinda, yang dikirim olehnya untuk menuntut ilmu kepadanya.
Julian bertekad membalas kebrutalan Roderic. Ia segera mendatangi gubernur Tangier, Jendral Thariq Ibn Ziyad, untuk meminta bantuan.
Thariq waktu itu ditunjuk oleh gubernur Musa ibn Nusair dari penguasa dinasti Umayyah untuk kawasan kawasan Afrika Utara. Sebagai gubernur, ia menjaga hubungan baik dengan Julian sehingga tidak ada permusuhan diantara kedua belah pihak. Thariq merupakan orang Barbar yang mendapat pangkat tertinggi dalam karir militer.
Sebagai langkah awal pada 710 M Thariq mengutus anak buahnya, Tarif ibn Malik, bersama 400 tentaranya untuk mengadakan survei ke Andalusia. Sedangkan Julian membantu menyediakan 4 buah kapal untuk menyeberangi selat. Tempat dimana pasukan Tarif mendarat di Spanyol hingga sekarang dinamakan Tarifa. Letaknya di ujung selatan Spanyol berhadapan dengan wilayah Maroko.
Setelah kepulangan ekspedisi Tarif ke Maroko dan membawa kabar bahwa apa yang diceritakan Julian adalah benar, Thariq menyiapkan pasukan. Perjalanan pasukan Thariq dimulai dari wilayah Ceuta kemudian menyeberangi selat yang di kemudian hari hingga sekarang diberi nama selat Jabal al Thariq (Gunung Thariq) atau Gibraltar, dan mendarat di suatu bukit karang pada musim semi 30 April 711.
Di sinilah base camp pasukan Thariq. Di sini pula, ia menyusun strategi. Tempat inilah yang di kemudian hari dikenal dengan nama Gibraltar, wilayah otonomi Inggris di Semenanjung Iberia.
Kekuatan yang dibawa Thariq adalah pasukan berjumlah 12 ribu ribu orang dari bangsa Barbar. Bangsa Barbar adalah bangsa Afrika utara (non Arab) yang banyak mendiami kawasan utara Maroko. Mereka merupakan bangsa nomaden yang hidup berpindah-pindah. Setelah Islam masuk, mereka meninggalkan kepercayaan animisme dan menganut agama Islam. Mereka yang berislam ini kemudian disebut dengan bangsa Moor atau Moro.
Kedatangan pasukan Thariq akhirnya diketahui oleh Gubernur Edeco yang wilayahnya berdekatan dengan Gibraltar. Ia segera memberitahu Roderic.
Mendengar invasi pasukan Thariq, Roderic segera menghadangnya dengan jumlah pasukan yang jauh lebih banyak, yaitu enam kali lipat. Untuk memompa semangat pasukannya, Thariq mengeluarkan pernyataan yang hingga kini diabadikan dalam buku-buku sejarah: “Saudara-saudaraku, musuh ada di depanmu sedangkan laut ada di belakangmu. Kemana kamu akan lari?” Mereka berseru, “Kami akan mengikutimu, Thariq.”
Seketika itu juga semangat pasukan Thariq membara dan maju untuk berperang berhadap-hadapan dengan pasukan Roderik. Pertempuran berlangsung sekitar satu minggu tanpa henti sehingga berakhir dengan kekalahan pasukan Roderic. Peperangan terjadi mulai tanggal 11 Juli hingga 19 Juli 711 di Bulan Ramadhan 92 H. Menjelang berakhirnya Bulan Suci, tepatnya tanggal 28 Ramadhan, Roderic takluk.
Setelah berhasil mengalahkan pasukan Roderic di Rio Barbate, Thariq kemudian membagi pasukannya menjadi 3 kesatuan pasukan untuk terus menyebar ke beberapa penjuru semenanjung. Thariq dan pasukan terus melanjutkan penaklukan ke Toledo yang menjadi pusat kerajaan Roderic. Sedangkan Mughith al-Rumi yang memimpin kavaleri pasukan Thariq, menuju Cordoba dengan membawa 700 pasukan berkuda.
Thariq kemudian menyusul ke Cordoba dan menulis surat ke Musa ibn Nusair mengenai keberhasilan penaklukan Andalusia. Musa memberitakan kemenangan itu kepada Kalifah Walid di Damaskus. Musa melukiskan suasana penaklukan tersebut tidak seperti penaklukan yang biasa, namun kemenangan itu sangat menakjubkan dan agung.
Setelah kemenangan pasukan Thariq yang di luar dugaan tersebut, Gubernur Musa ibn Nusair menyusulnya pada musim panas tahun 712 M dengan disertai 18 ribu pasukan untuk memperluas wilayah yang akan ditaklukkan. Pertemuan antara Thariq dan Musa terjadi di Talavera dekat Toledo.
Penaklukan selanjutnya diteruskan oleh pasukan Islam setelahnya. Wilayah yang ditaklukkan pasukan Islam hingga tahun 721 meliputi seluruh semenanjung Iberia dan sebagian wilayah Perancis bagian selatan. Hingga abad ke-10, wilayah kekuasaan Islam masih meliputi sekitar empat perlima semenanjung Iberia.
Mendung hitam menggelayut di atas bumi Spanyol. Eropa sedang dikangkangi oleh penjajah, Raja Gotik yang kejam. Wanita merasa terancam kesuciannya, petani dikenakan pajak tanah yang tinggi, dan banyak lagi penindasan yang tak berperikemanausiaan. Raja dan anteknya bersuka ria dalam kemewahan sedang rakyat merintih dalam kesengsaraan. Sebagian besar penduduk yang beragama Kristen dan Yahudi, mengungsi ke Afrika, berharap mendapat ketenangan yang lebih menjanjikan. Dan saat itu Afrika, adalah sebuah daerah yang makmur dan mempunyai toleransi yang tinggi karena berada di bawah naungan pemerintahan Islam.
Satu dari jutaan pengungsi itu adalah Julian, Gubernur Ceuta yang putrinya Florinda telah dinodai Roderick, raja bangsa Gotik. Mereka memohon pada Musa bin Nusair, raja muda Islam di Afrika untuk memerdekakan negeri mereka dari penindasan raja yang lalim itu. Setelah mendapat persetujuan Khalifah, Musa melakukan pengintaian kepantai selatan Spanyol. Bulan Mei tahun 711 Masehi, Tariq bin Ziyad, budak Barbar yang juga mantan pembantu Musa bin Nusair memimpin 12.000 anggota pasukan muslim menyeberangi selat antara Afrika dan daratan Eropa.
Begitu kapal-kapal yang berisi pasukannya mendarat di Eropa, Tariq mengumpulkan mereka di atas sebuah bukit karang, yang dinamai Jabal Tariq (karang Tariq) yang sekarang terkenal dengan nama Jabraltar. Diatas bukit karang itu Thariq memerintahkan pembakaran kapal-kapal yang telah menyeberangkan mereka. Tentu saja perintah ini membuat prajuritnya keheranan. “Kenapa Anda lakukan ini?” tanya mereka. “Bagaimana kita kembali nanti?” tanya yang lain.
Namun Thariq tetap pada pendiriannya. Dengan gagah berani ia berseru,
”Kita datang ke sini tidak untuk kembali. Kita hanya punya pilihan, menaklukkan negeri ini dan menetap di sini, atau kita semua syahid.”
Keberanian dan perkataannya yang luar biasa menggugah Iqbal, seorang penyair Persia, untuk menggubahnya dalam sebuah syair berjudul”Piyam-i Mashriq”:
“Tatkala Tariq membakar kapal-kapalnya di pantai Andalusia (Spanyol), Prajurit-prajurit mengatakan, tindakannya tidak bijaksana. Bagaimana bisa mereka kembali ke negeri Asal, dan perusakan peralatan adalah bertentangan dengan hukum Islam. Mendengar itu semua, Tariq menghunus pedangnya, dan menyatakan bahwa setiap negeri kepunyaan Alloh adalah kampung halaman kita.”
Kata-kata Tariq itu bagaikan cambuk yang melecut semangat prajurit muslim yang dipimpinnya. Bala tentara muslim yang berjumlah 12.000 orang maju melawan tentara Gotik yang berkekuatan 100.000 tentara. Pasukan Kristen jauh lebih unggul baik dalam jumlah maupun persenjataan. Namun semua itu tak mengecutkan hati pasukan muslim.
Tanggal 19 Juli tahun 711 Masehi, pasukan Islam dan Nasrani bertemu, keduanya berperang di dekat muara sungai Barbate. Pada pertempuran ini, Tariq dan pasukannya berhasil melumpuhkan pasukan Gotik, hingga Raja Roderick tenggelam di sungai itu. Kemenangan Thariq yang luar biasa ini, menjatuhkan semangat orang-orang Spanyol dan semenjak itu mereka tidak berani lagi menghadapi tentara Islam secara terbuka.
Thariq membagi pasukannya menjadi empat kelompok, dan menyebarkan mereka ke Kordoba, Malaga, danGranada. Sedangkan dia sendiri bersamapasukan utamanya menuju ke Toledo, ibukota Spanyol. Semua kota-kota itu menyerah tanpa perlawanan berarti. Kecepatan gerak dan kehebatan pasukan Thariq berhasil melumpuhkan orang-orang Gotik.
Rakyat Spanyol yang sekian lama tertekan akibat penjajahanbangsa Gotik, mengelu-elukan orang-orang Islam. Selain itu, perilaku Tariq dan orang-orang Islam begitu mulia sehingga mereka disayangi oleh bangsa-bangsa yang ditaklukkannya.
Salah satu pertempuran paling seru terjadi di Ecija, yang membawa kemenangan bagi pasukan Tariq. Dalam pertempuran ini, Musa bin Nusair, atasannya, sang raja muda Islam di Afrika ikut bergabung dengannya.
Selanjutnya, kedua jenderal itu bergerak maju terus berdampingan dan dalam kurun waktu kurang dari 2 tahun seluruh dataran Spanyol jatuh ke tangan Islam. Portugis ditaklukkan pula beberapa tahun kemudian.
“Ini merupakan perjuangan utama yang terakhir dan paling sensasional bagi bangsa Arab itu,” tulis Phillip K.Hitti, “dan membawa masuknya wilayah Eropa yang paling luas yang belum pernah mereka peroleh sebelumnya ke dalam kekuasaan Islam. Kecepatan pelaksanaan dan kesempurnaan keberhasilan operasi ke Spanyol ini telah mendapat tempat yang unik di dalam sejarah peperangan abad pertengahan.”
Penaklukkan Spanyol oleh orang-orang Islam mendorong timbulnya revolusi sosial di mana kebebasan beragama benar-benar diakui. Ketidak toleranan dan penganiayaan yang biasa dilakukan orang-orang Kristen, digantikan oleh toleransi yang tinggi dan kebaikan hati yang luar biasa.
Masjid cordoba, yang berubah jadi katedral setelah renqouista
Keadilan ditegakkan tanpa pandang bulu, sehingga jika tentara Islam yang melakukan kekerasan akan dikenakan hukuman berat. Tidak ada harta benda atau tanah milik rakyat yang disita. Orang-orang Islam memperkenalkan sistem perpajakan yang sangat jitu yang dengan cepat membawa kemakmuran di semenanjung itu dan menjadikan negeri teladan di Barat. Orang-orang Kristen dibiarkan memiliki hakim sendiri untuk memutuskan perkara-perkara mereka. Semua komunitas mendapat kesempatan yang sama dalam pelayanan umum.
Pemerintahan Islam yang baik dan bijaksana ini membawa efek luar biasa. Orang-orang Kristen termasuk pendeta-pendetanya yang pada mulanya meninggalkan rumah mereka dalam keadaan ketakutan, kembali pulang dan menjalani hidup yang bahagia dan makmur. Seorang penulis Kristen terkenal menulis: “Muslim-muslim Arab itu mengorganisir kerajaan Kordoba yang baik adalah sebuah keajaiban Abad Pertengahan, mereka mengenalkan obor pengetahuan dan peradaban, kecemerlangan dan keistimewaan kepada dunia Barat. Dan saat itu Eropa sedang dalam kondisi percekcokan dan kebodohan yang biadab.”
Thariq bermaksud menaklukkan seluruh Eropa, tapi Alloh menentukan lain. Saat merencanakan penyerbuan ke Eropa, datang panggilan dari Khalifah untuk pergi ke Damaskus. Dengan disiplin dan kepatuhan tinggi, Thariq memenuhi panggilan Khalifah dan berusaha tiba seawal mungkin di Damaskus. Tak lama kemudian, Thariq wafat di sana.
Dialah Thariq ibn Ziyad, seorang Budak Barbar, penakluk Spanyol, wilayah Islam terbesar di Eropa yang selama delapan abad di bawah kekuasaan Islam telah memenuhi panggilan Rabbnya. Semoga Alloh merahmatinya.

Sumber: http://rohisonline.com/?p=550

Kisah Islam di Spanyol


Masjid Cordoba - Spanyol
Masjid Cordoba - Spanyol
Suatu sore, ditahun 1525. Penjara tempat tahanan orang-orang di situ
serasa hening mencengkam. Jendral Adolf Roberto, pemimpin penjara yang
terkenal bengis, tengah memeriksa setiap kamar tahanan.
Setiap sipir penjara membungkukkan badannya rendah-rendah ketika
‘algojo penjara’ itu berlalu di hadapan mereka. Karena kalau tidak,
sepatu ‘jenggel’ milik tuan Roberto yang fanatik Kristen itu akan
mendarat di wajah mereka.
Roberto marah besar ketika dari sebuah kamar tahanan terdengar
seseorang mengumandangkan suara-suara yang amat ia benci.
“Hai…hentikan suara jelekmu! Hentikan…! ” Teriak Roberto
sekeras-kerasnya sembari membelalakan mata. Namun, apa yang terjadi?
Laki-laki di kamar tahanan tadi tetap saja bersenandung dengan
khusyu’nya. Roberto bertambah berang.
‘Algojo penjara’ itu menghampiri kamar tahanan yang luasnya tak lebih
sekadar cukup untuk satu orang. Dengan congkak ia menyemburkan
ludahnya ke wajah renta sang tahanan yang keriput hanya tinggal
tulang. Tak puas sampai di situ, ia lalu menyulut wajah dan seluruh
badan orang tua renta itu dengan rokoknya yang menyala.
Sungguh ajaib… Tak terdengar secuil pun keluh kesakitan. Bibir yang
pucat kering milik sang tahanan amat gengsi untuk meneriakkan kata,
“Rabbi, waana’abduka. ..” Tahanan lain yang menyaksikan kebiadaban itu
serentak bertakbir sambil berkata, “Bersabarlah wahai ustadz…Insya
Allah tempatmu di Syurga.”
Melihat kegigihan orang tua yang dipanggil ustadz oleh sesama tahanan,
‘algojo penjara’ itu bertambah memuncak amarahnya. Ia memerintahkan
pegawai penjara untuk membuka sel, dan ditariknya tubuh orang tua itu
keras-keras hingga terjerembab di lantai. “Hai orang tua busuk!
Bukankah engkau tahu, aku tidak suka bahasa jelekmu itu?! Aku tidak
suka apa-apa yang berhubung dengan agamamu!
Ketahuilah orang tua dungu, bumi Spanyol ini kini telah berada dalam
kekuasaan bapak kami, Tuhan Yesus. Anda telah membuat aku benci dan
geram dengan ‘suara-suara’ yang seharusnya tak pernah terdengar lagi
di sini. Sebagai balasannya engkau akan kubunuh. Kecuali, kalau engkau
mau minta maaf dan masuk agama kami.”
Mendengar “khutbah” itu orang tua itu mendongakkan kepala, menatap
Roberto dengan tatapan tajam dan dingin. Ia lalu berucap,
“Sungguh…aku sangat merindukan kematian, agar aku segera dapat
menjumpai kekasihku yang amat kucintai, Allah. Bila kini aku berada di
puncak kebahagiaan karena akan segera menemuiNya, patutkah aku
berlutut kepadamu, hai manusia busuk? Jika aku turuti kemauanmu, tentu
aku termasuk manusia yang amat bodoh.”
Baru saja kata-kata itu terhenti, sepatu lars Roberto sudah mendarat
diwajahnya. Laki-laki itu terhuyung. Kemudian jatuh terkapar di lantai
penjara dengan wajah bersimbah darah. Ketika itulah dari saku baju
penjaranya yang telah lusuh, meluncur sebuah ‘buku kecil’. Adolf
Roberto bermaksud memungutnya. Namun,tangan sang Ustadz telah terlebih
dahulu mengambil dan menggenggamnya erat-erat. “Berikan buku itu, hai
laki-laki dungu!” bentak Roberto. “Haram bagi tanganmu yang kafir dan
berlumuran dosa untuk menyentuh barang suci ini!” ucap sang ustadz
dengan tatapan menghina pada Roberto. Tak ada jalan lain, akhirnya
Roberto, mengambil jalan paksa untuk mendapatkan buku itu.
Sepatu lars berbobot dua kilogram itu ia gunakan untuk menginjak
jari-jari tangan sang ustadz yang telah lemah. Suara gemeretak tulang
yang patah terdengar menggetarkan hati. Namun tidak demikian bagi Roberto.
Laki-laki bengis itu malah merasa bangga mendengar gemeretak tulang
yang terputus. Bahkan ‘algojo penjara’itu merasa lebih puas lagi
ketika melihat tetesan darah mengalir dari jari-jari musuhnya yang
telah hancur.
Setelah tangan renta itu tak berdaya, Roberto memungut buku kecil yang
membuatnya penasaran. Perlahan Roberto membuka sampul buku yang telah
lusuh. Mendadak algojo itu termenung. “Ah…sepertinya aku pernah
mengenal buku ini. Tapi kapan? Ya, aku pernah mengenal buku ini.”
suara hati Roberto bertanya-tanya.
Perlahan Roberto membuka lembaran pertama itu. Pemuda berumur tiga
puluh tahun itu bertambah terkejut tatkala melihat tulisan-tulisan
“aneh” dalam buku itu. Rasanya ia pernah mengenal tulisan seperti itu
dahulu.
Namun, sekarang tak pernah dilihatnya di bumi Spanyol. Akhirnya,
Roberto duduk disamping sang ustadz yang telah melepas nafas-nafas
terakhirnya. Wajah bengis sang algojo kini diliputi tanda tanya yang
dalam. Mata Roberto rapat terpejam. Ia berusaha keras mengingat
peristiwa yang dialaminya sewaktu masih kanak-kanak.
Perlahan, sketsa masa lalu itu tergambar kembali dalam ingatan
Roberto. Pemuda itu teringat ketika suatu sore di masa kanak-kanaknya
terjadi kericuhan besar di negeri tempat kelahirannya ini.
************ ********* ********* ********* ********* ******
Sore itu ia melihat peristiwa yang mengerikan di lapangan Inkuisisi
(lapangan tempat pembantaian kaum muslimin di Andalusia). Di tempat
itu tengah berlangsung pesta darah dan nyawa. Beribu-ribu jiwa tak
berdosa berjatuhan di bumi Andalusia. Di hujung kiri lapangan,
beberapa puluh wanita berhijab (jilbab)digantung pada tiang-tiang besi
yang terpancang tinggi. Tubuh mereka bergelantungan tertiup angin sore
yang kencang, membuat pakaian muslimah yang dikenakan berkibar-kibar
di udara. Sementara, ditengah lapangan ratusan pemuda Islam dibakar
hidup-hidup pada tiang-tiang salib, hanya karena tidak mau memasuki
agama yang dibawa oleh para rahib.
Seorang bocah laki-laki mungil tampan, berumur tujuh tahunan, malam
itu masih berdiri tegak di lapangan Inkuisisi yang telah senyap.
Korban-korban kebiadaban itu telah syahid semua. Bocah mungil itu
mencucurkan air matanya menatap sang ibu yang terkulai lemah ditiang
gantungan. Perlahan-lahan bocah itu mendekati tubuh sang ummi yang
sudah tak bernyawa, sembari menggayuti ibunya. Sang bocah berkata
dengan suara parau, “Ummi, ummi, mari kita pulang. Hari telah malam,
bukankah ummi telah berjanji malam ini akan mengajariku lagi tentang
alif, ba, ta, tsa….? Ummi,cepat pulang ke rumah ummi…” Bocah kecil
itu akhirnya menangis keras, ketika sang ummi tak jua menjawab
ucapannya. Ia semakin bingung dan takut, tak tahu harus berbuat apa.
Untuk pulang ke rumah pun ia tak tahu arah.
Akhirnya bocah itu berteriak memanggil bapaknya ” Abi…Abi… Abi…”
Namun, ia segera terhenti berteriak memanggil sang bapak ketika
teringat kemarin sore bapaknya diseret dari rumah oleh beberapa orang
berseragam.
“Hai…siapa kamu?!” teriak segerombolan orang yang tiba-tiba
mendekati sang bocah. “Saya Ahmad Izzah, sedang menunggu Ummi…”
jawab sang bocah memohon belas kasih. “Hah…siapa namamu bocah, coba
ulangi!” bentak salah seorang dari mereka. “Saya Ahmad Izzah…” sang
bocah kembali menjawab dengan agak grogi. Tiba-tiba plak! sebuah
tamparan mendarat dipipi sang bocah. “Hai bocah…! Wajahmu bagus tapi
namamu jelek. Aku benci namamu. Sekarang kuganti namamu dengan nama
yang bagus. Namamu sekarang ‘Adolf Roberto’ ..Awas! Jangan kau sebut
lagi namamu yang jelek itu. Kalau kau sebut lagi nama lamamu itu,
nanti akan kubunuh!” ancam laki2 itu. Sang bocah meringis ketakutan,
sembari tetap meneteskan air mata. Anak laki-laki mungil itu hanya
menurut ketika gerombolan itu membawanya keluar lapangan
Inkuisisi. Akhirnya bocah tampan itu hidup bersama mereka.
************ ********* ********* ********* ********* *******
Roberto sedar dari renungannya yang panjang. Pemuda itu melompat ke
arah sang tahanan. Secepat kilat dirobeknya baju penjara yang melekat
pada tubuh sang ustadz. Ia mencari-cari sesuatu di pusar laki-laki
itu. Ketika ia menemukan sebuah ‘tanda hitam’ ia berteriak histeris,
“Abi…Abi.. .Abi…” Ia pun menangis keras, tak ubahnya seperti Ahmad
Izzah dulu.
Fikirannya terus bergelut dengan masa lalunya. Ia masih ingat betul,
bahwa buku kecil yang ada di dalam menggamannya adalah Kitab Suci
milik bapaknya, yang dulu sering dibawa dan dibaca ayahnya ketika
hendak menidurkannya. Ia jua ingat betul ayahnya mempunyai’tanda
hitam’ pada bahagian pusar. Pemuda beringas itu terus meraung dan
memeluk erat tubuh renta nan lemah. Tampak sekali ada penyesalan yang
amat dalam atas ulahnya selama ini.Lidahnya yang sudah berpuluh -puluh
tahun alpa akan Islam, saat itu dengan spontan menyebut, “Abi.. aku
masih ingat alif, ba, ta, tsa…” Hanya sebatas kata itu yang masih
terekam dalam benaknya.
Sang ustadz segera membuka mata ketika merasakan ada tetesan hangat
yang membasahi wajahnya. Dengan tatapan samar dia masih dapat melihat
seseorang yang tadi menyiksanya habis-habisan kini tengah memeluknya.
“Tunjuki aku pada jalan yang telah engkau tempuhi Abi,tunjukkan aku
pada jalan itu…” Terdengar suara Roberto memelas. Sang ustadz tengah
mengatur nafas untuk berkata-kata, ia lalu memejamkan matanya. Air
matanya pun turut berlinang. Betapa tidak, jika sekian puluh tahun
kemudian, ternyata ia masih sempat berjumpa dengan buah hatinya, di
tempat ini. Sungguh tak masuk akal. Ini semata-mata bukti
kebesaran Allah.
Sang Abi dengan susah payah masih bisa berucap.” Anakku, pergilah
engkau ke Mesir. Disana banyak saudaramu. Katakan saja bahwa engkau
kenal dengan Syaikh Abdullah Fattah Ismail Al-Andalusy. Belajarlah
engkau di negeri itu,” Setelah selesai berpesan sang ustadz
menghembuskan nafas terakhir dengan berbekal kalimah indah “Asyahadu
anla Illaaha ilallah,waasyhadu anna Muhammad Rasullullah. .” Beliau
pergi dengan menemui Rabbnya dengan tersenyum, setelah sekian lama
berjuang dibumi yang fana ini.
Kini Ahmad Izzah telah menjadi seorang alim di Mesir. Seluruh hidupnya
dibaktikan untuk agamanya, ‘Islam’, sebagai ganti kekafiran yang di
masa muda sempat disandangnya. Banyak pemuda Islam dari berbagai
penjuru berguru dengannya… ” Al-Ustadz Ahmad Izzah Al-Andalusy.
Benarlah firman Allah…”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah. Itulah
agama yang lurus,tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS 30:30)

Kamis, 21 Juli 2011

Kecemasan Tikus


Sepasang suami istri petani pulang ke rumah setelah berbelanja. Ketika mereka membuka barang belanjaan, seekor tikus memperhatikan dengan seksama sambil menggumam,
"Hmmm...makanan apa lagi yang dibawa mereka dari pasar?"


Ternyata, salah satu yang dibeli oleh petani ini adalah perangkap tikus. Sang tikus kaget bukan kepalang. Ia segera berlari menuju kandang dan berteriak,
"Ada perangkap tikus di rumah!....di rumah sekarang ada perangkap tikus!...."
Ia mendatangi ayam dan berteriak,
"Ada perangkap tikus!"
Sang Ayam berkata,
"Tuan Tikus, aku turut bersedih, tapi itu tidak berpengaruh terhadap diriku"


Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing sambil berteriak.
Sang Kambing pun berkata,
"Aku turut bersimpati...tapi tidak ada yang bisa aku lakukan."
Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendapat jawaban sama.
" Maafkan aku, tapi perangkap tikus tidak berbahaya buat aku sama sekali"
Ia lalu lari ke hutan dan bertemu ular.
Sang ular berkata,
"Ahhh...Perangkap Tikus yang kecil tidak akan mencelakai aku"


Akhirnya Sang Tikus kembali ke rumah dengan pasrah mengetahui kalau ia akan menghadapi bahaya sendiri. Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar suara keras perangkap tikusnya berbunyi menandakan telah memakan korban. Ketika melihat perangkap tikusnya, ternyata seekor ular berbisa. Buntut ular yang terperangkap membuat ular semakin ganas dan menyerang istri pemilik rumah. Walaupun sang Suami sempat membunuh ular berbisa tersebut, sang istri tidak sempat diselamatkan.


Sang suami harus membawa istrinya ke rumah sakit dan kemudian istrinya sudah boleh pulang, namun beberapa hari kemudian istrinya tetap demam. Ia lalu minta dibuatkan sop ceker ayam oleh suaminya(kita semua tau, sop ceker ayam sangat bermanfaat buat mengurangi demam). Suaminya dengan segera menyembelih ayamnya untuk dimasak cekernya. Beberapa hari kemudian sakitnya tidak kunjung reda. Seorang teman menyarankan untuk makan hati kambing. Ia lalu menyembelih kambingnya untuk mengambil hatinya. Masih, istrinya tidak sembuh-sembuh dan akhirnya meninggal dunia.


Banyak sekali orang datang pada saat pemakaman. Sehingga sang Petani harus menyembelih sapinya untuk memberi makan orang-orang yang melayat. Dari kejauhan...Sang Tikus menatap dengan penuh kesedihan. Beberapa hari kemudian ia melihat Perangkap Tikus tersebut sudah tidak digunakan lagi.


SUATU HARI.. KETIKA ANDA MENDENGAR SESEORANG DALAM KESULITAN DAN MENGIRA ITU BUKAN URUSAN ANDA... PIKIRKANLAH SEKALI LAGI

Sumber: 
http://arenaphoto.blogspot.com/2011/05/kecemasan-tikus.html

Oh Ayah Aku sudah capek


http://www.cornerstonesforparents.com/wp-content/uploads/2010/10/dad-and-boy-talking.jpg

Di suatu sore, seorang anak datang kepada ayahnya yg sedang baca koran… “Oh Ayah, ayah” kata sang anak…

“Ada apa?” tanya sang ayah…..

“aku capek, sangat capek … aku capek karena aku belajar mati matian untuk mendapat nilai bagus sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek…aku mau menyontek saja! aku capek. sangat capek…

aku capek karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! … aku capel, sangat capek …

aku cape karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung…aku ingin jajan terus! …

aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati…

aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman teman ku, sedang teman temanku seenaknya saja bersikap kepada ku…

aku capek ayah, aku capek menahan diri…aku ingin seperti mereka…mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah ! ..” sang anak mulai menangis…

Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata ” anakku ayo ikut ayah, ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu”, lalu sang ayah menarik tangan sang anak kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang… lalu sang anak pun mulai mengeluh ” ayah mau kemana kita?? aku tidak suka jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. badanku dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah krn ada banyak ilalang… aku benci jalan ini ayah” … sang ayah hanya diam.

Sampai akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu kupu, bunga bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang…

“Wwaaaah… tempat apa ini ayah? aku suka! aku suka tempat ini!” sang ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau.
“Kemarilah anakku, ayo duduk di samping ayah” ujar sang ayah, lalu sang anak pun ikut duduk di samping ayahnya.
” Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi? padahal tempat ini begitu indah…?”
” Tidak tahu ayah, memangnya kenapa?”
” Itu karena orang orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tau ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu”
” Ooh… berarti kita orang yang sabar ya yah? alhamdulillah”
” Nah, akhirnya kau mengerti”
” Mengerti apa? aku tidak mengerti”
” Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi… bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melawati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga… 

dan akhirnya semuanya terbayar kan? ada telaga yang sangatt indah.. seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? kau tidak akan mendapat apa apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku”
” Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar ”
” Aku tau, oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat … begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu, tapi… ingatlah anakku… ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri… maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain,

jadilah dirimu sendiri… seorang pemuda muslim yang kuat, yang tetap tabah dan istiqomah karena ia tahu ada Allah di sampingnya… maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang… maka kau tau akhirnya kan?”


” Ya ayah, aku tau.. aku akan dapat surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini … sekarang aku mengerti … terima kasih ayah , aku akan tegar saat yang lain terlempar ”
Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya.
Sumber: http://forum.vivanews.com/showthread.php?t=108539