Jumat, 11 Oktober 2013

Di Pekan Raya (Syair Syair Cinta - Kahlil Gibran)




Seorang gadis cantik dari desa datang mengunjungi pekan raya. 
Wajahnya bagai paduan sekuntum bunga lili dan mawar. 
Rambutnya bagai matahari terbenam. 
dan bibirnya bagai fajar merekah. 

Kemunculan gadis cantik itu seketika membuat para pemuda memandangi dan menggodanya. Seorang ingin berdansa dengannya, sedang yang lain ingin memotong kue untuk menghormatinya. Namun yang jelas, semua ingin mengecup pipinya. Bukankah saat ini adalah pekan raya?

Tetapi si gadis terkejut dan berprasangka buruk pada para pemuda itu. Ia memaki dan bahkan menampar wajah salah satu atau dua orang diantara mereka. Lalu ia berlari menjauh..
Dan dalam perjalanan pulang sore itu, ia berkata dalam hati, "Aku jijik. Betapa tidak sopannya para pria muda itu"...

Setahun berlalu, dan selama itu pula si gadis cantik terkenang akan pekan raya dan tingkah laku para pemuda di sana. Lalu ia datang lagi ke pekan raya. Wajahnya bagai paduan sekuntum bunga lili dan mawar. Rambutnya bagai matahari terbenam. Dan bibirnya bagai fajar merekah.

Namun sekarang setiap pemuda yang memandangnya akan sealu memalingkan muka,.. Seharian ia berjalan sendiri, dan tak seorangpun pemuda yang sudi memandangnya. Ia merasa kesepian. Dan ketika senja, ia berjalan pulang ke rumah. Dalam hati, ia menangis,"Aku jijik. Betapa tidak sopannya para pria muda itu. Mereka sudah melewati batas kesabaran"