Minggu, 18 Maret 2012

Dracula Fakta yang Menjadi Mitos


altJika kita mendengar nama Drakula atau Vampir maka terbayang dibenak kita sesosok makhluk yang menyeramkan, bergigi caling, berjubah, dan selalu memangsa korbannya dengan cara menggigit leher korbannya. Dia hanya dapat dikalahkan dengan cara memberinya salib atau sinar ataupun bawang putih. Begitulah sosok drakula yang kita kenal selama ini. Gambaran seperti itu kita dapatkan dari banyaknya film-film yang beredar atau pun buku-buku yang membahas tentangnya. Dan kita pun menganggap bahwa sosok drakula merupakan fiksi belaka dan tidak ada di kehidupan nyata. Namun, benarkah demikian?


alt
Peta Sejarah Dracula

Kalau kita menelusuri catatan sejarah, maka kita akan mendapati bahwa Dracula memang benar-benar ada dan tercatat dalam sejarah umat manusia. Drakula tersebut tidak seperti yang kita gambarkan selama ini. Dia merupakan seorang raja yang pernah berkuasa di daerah Eropa bagian timur yang bernama Vlad III atau Vlad Tepes (Dibaca Tsepes yang dalam bahasa Inggris adalah Impaler=Penyula). Dia dilahirkan di bulan November atau Desember 1431 di benteng Sighisoara, Transylvania, Rumania. Ayahnya yang bernama Basarab atau yang lebih dikenal dengan nama Vlad II merupakan seorang gubernur militer di Transylvania yang diangkat oleh Raja Honggaria yang bernama Sigismund.
alt
Rumah Kelahiran Dracula

Vlad II oleh Raja Sigismund diangkat menjadi anggota dari orde Naga, yaitu sebuah pasukan khusus Katolik yang ditugaskan untuk menghadapi pasukan Islam di garda depan. Lambang dari orde ini adalah berupa seekor naga dengan sayap terlentang luas dan ekornya berguling dilehernya. Dibelakang terpampang salib merah St. George. Gambar naga mewakili simbol binatang buas dan salib melambangkan kemenangan Kristus. Catatan di sebuah Universitas di Bucharest mengatakan bahwa dalam lambang tersebut terdapat tulisan Quam Misericors est Deus (Oh, how merciful God is), Pius et Justus (Justifiably and peacefully). Karena Vlad II selalu memakai lencana orde naga tersebut kemanapun ia pergi, maka orang-orang Wallachia memanggilnya dengan sebutan Vlad Dracul yang dalam bahasa Rumania Dracul berarti Naga. Jadi, Vlad Dracul artinya Vlad Sang Naga. Kata Dracula berasal dari Bahasa Rumania yaitu Draculea. Akhiran "Ulea" dalam Bahasa Rumania berarti "anak dari". Dari kata tersebut, Vlad III atau Vlad Tepes di panggil dengan nama Vlad Draculea yang berarti anak dari Vlad Dracul. Dan sejak saat itu Vlad III terkenal dengan nama Dracula.
alt
Lambang Order of the Dragon

Pada tahun 1442, Pasukan Turki menyerang Wallachia. Vlad II merasa tidak mampu menghadapi pasukan Turki. Dia lebih memilih sikap netral yang berakibat marahnya Raja Sigismund. Akhirnya, Raja Sigismund mengusir Vlad II bersama keluarganya keluar dari Wallachia dan kedudukannya digantikan oleh janus Hunyadi, salah satu panglima perang di Transylvania. Namun, hal ini tidak berlangsung lama. Pada tahun beberikutnya, Vlad II berhasil merebut kembali kekuasaannya dengan bantuan kerajaan Turki. Sebagai jaminan kesetiaannya, Vlad II mengirim 2 anaknya, Vlad III yang pada saat itu berusia 11 tahun dan Radu ke Turki.
alt
Peta Wallachia pada abad ke - 17

Di Turki, Dracula tumbuh menjadi remaja yang pembangkang. Dia terkenal dengan sikap keras kepalanya dan kekejamannya. Dracula sering menangkap tikus dan burung kecil dan ditusuknya dengan tombak -tombak kecil. Dia sangat girang ketika melihat binatang-binatang tersebut menggelepar kesakitan. Dia sering melihat pelaksanaan hukuman mati di alun-alun dan begitu menikmati setiap melihat penjahat atau pengkhianat negara dipancung. Selama berada di turki, dia memeluk Islam begitu juga dengan adiknya. Namun, dia memeluk Islam semata-mata untuk tujuan politiknya yaitu agar tidak diperlakukan sebagai tawanan sehingga dia diberikan kebebasan untuk menyusuri kota Turki. Kebebasan tersebut dimanfaatkan Drakula untuk belajar kemiliteran pada prajurit-prajurit turki yang terkenal handal dalam berperang sehingga dia melebihi prajurit-prajurit lainnya. Kemajuan yang diperoleh Drakula telah menarik perhatian Sultan Muhammad II dan menikahkannya dengan salah satu kerabatnya. Sikap Dracula berbeda dengan sikap adiknya. Radu tumbuh menjadi pemeluk Islam yang taat dan mempelajari semua ilmu pengetahuan yang ada di turki sambil mengembangkan keterampilan militer. Kalau Drakula terkenal sebagai pribadi yang kejam, Radu terkenal akan kebijaksanaannya. Inilah yang membuat Radu banyak mendapat simpati dari pembesar-pembesar Turki. Melihat kenyataan ini, kebencian Dracula pada adiknya dan orang Turki semakin menjadi-jadi.

Pada tahun 1444, kerajaan Hongaria bertempur melawan Turki. Raja Hongaria menuntut agar Vlad II ikut dalam pertempuran, dan mengingatkannya bahwa sebagai anggota Orde Naga, dia tidak bisa menolak permintaan tersebut karena sudah terikat sumpah setia untuk membela pasukan Salib. Agar tidak menimbulkan kemarahan Raja Hongaria dan Sultan turki, dia mengirimkan anaknya yang bernam Mircea. Dalam peperangan ini, pasukan salib mengalami kekalahan yang dahsyat di Varna. Vlad II dan anaknya menyalahkan Janos Hunyadi sebagai panglima perang dan terjadilah pertentangan yang semakin meruncing antara Vlad II dan Hunyadi. Akhirnya, pada tahub 1447 M, Vlad II dan Mircea dibunuh oleh anggota persengkongkolan yang diorganisir Hunyadi yang meliputi tuan tanah dan pedagang yang tidak puas dengan pemerintahan Vlad II.

Agar kekuasaan Wallachia tidak kosong, maka Raja Honggaria menempatkan salah satu anggota Dan II sebagai raja dengan gelar Vladislav II. Melihat Wallachia telah jatuh dalam kerajaan Honggaria, Turki membebaskan drakula pada tahun 1448 M dan ditugaskan untuk merebut Wallachia. Dengan bantuan Turki, Dracula berhasil merebut kekuasaan Wallachia, Namun dia hanya bertahan selama 2 bulan karena Janos Hunyadi berhasil mengusirnya dan menempatkan kembali Vladislav II. Maka Dracula hidup dalam pengasingan di Moldavia (kota tempat kelahiran ibunya) selama 3 tahun. Pada tahun ketiga, Pengeran Bigdan Moldavia terbunuh sehingga dia harus melarikan diri karena pelindungnya telah tiada. Sementara itu, di Wallachia, Vladislav II berubah mendukung turki. Hal ini membuat Hunyadi marah dan hal ini digunakan untuk mendekatinya. Akhirnya Hunyadi mengangkatnya sebagai penasihatnya karena Dracula pernah tinggal di Turki yang tentunya mengetahui kelebihan dan kelemahan Turki. Hunyadi kemudian menempatkan dracula di benteng Sibiu, yang terletak di barat daya Transylvania yang bertugas untuk menjaga perbatasan dari kemungkinan serangan Vladislav II. Di benteng ini, Dracula mendengar bahwa Konstantinopel jatuh ke tangan Turki sehingga membuat panik kerajaan-kerajaan Katolik karena ibu kota kekaisaran mereka, Bizantium, telah diduduki pasukan Turki.

Akhirnya, dengan dipimpin Janos Hunyadi, kerajaan Hongaria mencoba memukul mundur Turki dari Konstantinopel. Saat itu, benteng terdepan pasukan Turki terletak di Belgrade, daerah perbatasan Serbia dan Honggaria. Untuk menyerang pos ini, Dracula mengusulkan agar melakukan dua serangan sekaligus yaitu satu rombongan pasukan menyerang Belgrade dan rombongan yang lain menyerang Wallachia. Usul ini diterima dan akhirnya membawa kemenangan bagi pasukan Salib. Pasukan Hunyadi berhasil merebut benteng di Belgrade dan Dracula berhasil masuk ke Wallachia dan membunuh Vladislav II. Akhirnya, Vlad III untuk kedua kalinya menduduki tahta Wallachia.

Masa pemerintahan Dracula merupakan masa-masa teror dari tahum 1456-1462 yang sangat mengerikan. Naluri kekejaman Dracula benar-benar tersalurkan ketika dia sudah menjadi penguasa Wallachia. Kurang setahun dari kekuasaannya, dia telah membunuh ribuan orang. Para tuan tanah dan sanak kerabat Dan II dibunuh dengan cara yang belum ada sebelumnya yaitu disula. Penyulaan dilakukan dengan cara korban ditusuk dari bagian dubur dengan tiang pancang sebesar lengan tangan orang dewasa. Setelah tiang pancang masuk kemudian sula tersebut dipancangkan sehingga tubuh korban akan turun sedikit demi sedikit hingga menembus sampai kepala, mulut, atau bagian tubuh yang lain. Sejak saat itu Dracula dikenal dengan nama Vlad The Impaler (Vlad Sang Penyula).

Kisah kekejaman Dracula tersebar sampai ke pelosok sehingga tidak ada yang berani melawannya. Bahkan para perampok tidak berani melakukan aksinya di daerah Wallachia, sehingga membuat Wallachia mengalami masa yang stabil. Masa-masa stabil ini dipergunakan dengan sebaik-baiknya oleh Dracula untuk membangun kubu pertahanan. Dia memperbaiki benteng Poenari yang pertama kali dibangun oleh Mircea, kakek buyutnya, pada tahun 1300-an di sebuah bukit yang curam. Bangunan tersebut diperbaiki oleh para pangeran dan tuan tanah yang dijadikan sebagai budak. Selain membangun benteng guna memperkuat kekuasaannya, Dracula juga memperbaharui birokrasi gereja dengan cara mengganti kepala biara dan biarawan dari negeri asing dengan biarawan yang berasal dari Wallachia. Dia juga sering memberikan sumbangan yang besar kepada gereja-gereja agar gereja pun benar-benar mendukungnya. Salah satu gereja yang paling besar mendapatkan sumbangan Dracula adalah gereja yang ada di tengah danau Snagov yang sampai saat ini masih berdiri.
alt
Benteng Poenari

Tingkah laku Dracula yang semakin tidak terkendali membuat kerajaan Turki memburunya. Sebagai panglima perangnya, ditunjuk Radu yang merupakan adiknya sendiri. Dia merupakan salah satu anggota dari kesatuan Yanisari yang dibentuk oleh Sultan Muhammad II untuk menahan gempuran pasukan Salib dan sekaligus menandingi Orde Naga. Karena sering melakukan operasi militer secara rahasia, maka anggota kesatuan Yanisari adalah orang-orang pilihan yang sebagian besar masih kerabat sultan. Pada tahun 1462, Radu dan pasukannya mengepung benteng Poenari dan membuat tenda yang tak jauh dari benteng tersebut dengan harapan agar mudahmudah menggempur Dracula. Pada saat itu, posisi Dracula telah terdesak dan hanya tinggal dua pilihan, menyerah atau kabur. Malam hari sebelum penyerangan, salah satu prajurit Radu mengirim pesan lewat anak panah yang berisi agar dracula segera pergi melarikan diri karena esok harinya akan ada penyerangan besar-besaran oleh Radu. Surat ini ditemukan oleh istri Dracula dan meminta suaminya agar segera kabur. Tetapi, Dracula tidak mengikuti saran istrinya dan tetap bertahan di Poenari. Mendengar keputusan itu, istri dracula kembali ke kamar yang berada di salah satu menara dan berkata kepada dirinya sendiri, "Lebih baik aku membusuk di makan ikan-ikan Sungai Arges daripada ditangkap oleh orang Turki." Setelah kata-katanya selesai, ia melompat dari kamarnya dan jatuh di anak sungai Arges. Sekarang temapt mayat istri dracula diberi nama Sungai Permaisuri (Raul Doamnei/The Lady's River). Sampai saat ini masyarakat di pedesaan Rumania percaya bahwa air yang mengalir dari anak Sungai Arges tersebut dari air mata istri Dracula. Pada saat istrinya melompat dari kamarnya, ternyata Dracula telah kabur melalui lorong rahasia sehingga ketika Radu menyerang benteng dan menguasainya, Dracula sudah tidak ada lagi.
alt
Jalan Menuju ke Benteng Poenari

Sebelum pengepungan terhadap benteng Poenari sebenarnya Dracula berniat untuk menemui Raja Hongaria yang baru yaitu Matthius Corvinus, yaitu anak dari Jonas Hunyadi. Namun situasi berubah begitu cepat karena Poenari jatuh ke tangan Turki sehingga dia melarikan diri ke arah barat menuju Brasov. Sesampainya di sana, dia ditangkap oleh Raja Matthias dan dijadikan tahanan di istana Visegard yang berada di sebelah selatan Honggaria. Walaupun sebagai tahanan, dia bisa leluasa pergi kemana saja dia suka. Setelah sekian lama berada dalam pengasingan, Dracula dipindahkan ke vila yang ada dalam lingkungan istana. Di sana, dia berkenalan dengan pejabat-pejabat istana. Dia kemudian menikah dengan Ilona Szilagy, yang merupakan kemenakan Raja Matthias dan mempunyai 2 anak laki-laki.

Pada Juli tahun 1475, dia kembali menyerang Wallachia yang dibantu oleh stefen dan orang-orang Moldavian dan berhasil merebut Wallachia. Setelah berhasil merebut Wallachia, posisi Wallachia semakin lemah karena tuan tanah dan rakyat Wallachia sudah enggan mendukungnya karena kekejamannya. Ketika Dracula merebut tahta Wallachia, Radu sudah tidak menjadi penguasa Wallachia akibat kudeta dari kaln Dan II dan meninggal pada bulan Januari 1475. Kematian radu menyebabkan Dracula tidak bisa membalas dendam atas adiknya, sehingga dendam tersebut dia lampiaskan ke penguasa Wallachia waktu itu.

Pada masa pemerntahan kedua ini yang hanya setahun, Dracula banyak menghabiskan waktu di Gereja Snagov dan mengisi hari-harinya dengan mengikuti misa dan bercakap-cakap dengan kepala biara. Dalam salah satu percakapan dia menanyakan apakah ada kemungkinan dosanya akan diampuni Tuhan. Dan dia mengulang pesannya agar kelak jika mati dikuburkan di Gereja Snagov. Setelah berhasil merebut kembali Wallachia, Stefen kembali ke Moldavia dan meninggalkan Dracula bersama 2000 prajuritnya. Dengan pasukan sekecil itu, Dracula harus menghadapi ancaman dari luar berupa gelombang serangan pasukan Turki dan juga ancaman dari dalam yang berupa dendam dari para tuan tanah yang kehilangan sanak kerabatnya.

Di saat kekuasaan Drakula semakin memudar, perang salib justru semakin menghebat. Pasukan Turki telah sampai di Bukharest untuk memukul mundur pasukan Salib mundur dari wilayah Islam. Sebagai bagian dari sekutu pasukan salib, Dracula mendapatkan tugas untuk menggempur kekuatan Turki di sekitar sungai Danube. Pada awal Desember 1476, Dracula ke luar dari pintu gerbang Tirgoviste dengan pasukan yang sangat kecil dan bergerak menelusuri sungai Dimbovita dengan tujuan utama Danau Snagov. Setelah berjalan lebih kurang 15 hari, mereka tiba di danau Snagov dan akhirnya terjadilah pertempuran yang hebat antara Dracula denagn pasukan Turki. Pada pertempuran itu, Dracula tewas di tepi Danau snagov. Kepalanya kemudian di penggal dan dibawa ke Konstantinopel dan dipancang ditengah alun-alun sebagai bahan tontonan. Namun, nasib kepala Dracula kurang begitu jelas, apakah dibuang di sungai sesuai dengan kebudayaan Turki ketika itu yang membuang kepala musuhnya ke sungai setelah dipertontonkan kepada rakyat atau kepala itu diambil oleh para biarawan ketika hendak dibuang di sungai dengan cara menyogok para pengawal yang ditugaskan untuk membuangnya. Mayat Dracula ditemukan di rawa dekat Danau sSagov oleh para biarawan snagov yang kemudian dikuburkan di biara Snagov sesuai dengan permintaannnya. Pada tahun 1931, terjadi penggalian di gereja Snagov untuk melihat tulang belulang dari drakula. Namun, setelah digali ternyata hanya berisi tulang kuda atau lembu jantan. Sampai saat ini, kuburan Dracula masih merupakan misteri keberadaannya.
alt
Gereja Snagov

Sampai saat ini belum banyak yang mengungkap tentang pembantaian Dracula terhadap umat Islam. Sejarah pembantaian tersebut seolah tertutup rapat oleh bebrbagai mitos tentang sosok draculayang akibatnya hanya sedikit di antara umat islam yang mengetahuinya. Pembantaiannya terhadap umat Islam tak bisa dilepaskan dari Perang Salib. Sebagai salah satu panglima perang salib di daerah Transylvania, Dracula bertugas mencegah pasukan Turki agar tidak bisa bergerak ke Eropa Timur dan Barat dan dia memakai segala macam cara agar tugasnya terebut bisa berjalan dengan mulus, salah satunya dengan meneror umat Islam yang ada di daerah Wallachia dan sekitarnya. Sejarah mencatat puluhan mungkin ratusan ribu umat Islam dibantai oleh Dracula sepanjang masa pemerintahannya. Mereka yang menjadi korban berasal dari berbagai golongan yang sebagian besar petani, fakir miskin dan tahanan.

Namun sayang, korban pembantaian Dracula tersebut tidak pernah terungkap dengan jelas. Sosok bengisnya diubah menjadi misteri yang semakin kabur. Ada beberapa sebab mengapa sejarah pembantaian dracula tidak pernah diungkap secara terbuka diungkap secara terbuka:

1. Pembantaian Dracula terhadap umat islam tidak bisa dilepaskan dari perang salib. Negara-negara Barat yang pada masa perang Salib menjadi pendukung utama pasukan Salib tak mau tercoreng wajahnya. Mereka yang getol mengorek-ngorek pembantaian hitler dan pol pot akan enggan membuka borok mereka sendiri, Hal ini sudah menjadi tabiat Barat yang selalu ingin menang sendiri.

2. Dracula merupakan pahlawan bagi pasukan salib. Betapapun kejamnya Dracula, maka dia akan selalu dilndungi nama baiknya. Dan sampai saat ini, di Rumania, Dracula dianggap sebagai Pahlawan. Sebagaimana sebagian besar sejarah para pahlawan pasti akan diambil sosok super heronya dan dibuang segala kejelekan, kejahatan, dan kelemahannya, dan begitulah sejarah Drakula.

Sampai sekarang masyarakat masih menegenal sosok Dracula. Namun dalam sosok yang sangat jauh berbeda. Hal ini bisa terjadi karena kisahnya terus-menerus yang dikemas melalui film-film dan novel-novel yang diproduksi oleh barat sehingga bisa melekat dalam kehidupan masyarakat modern. Semua film tersebut kisahnya diambil dari Novel Bram stoker, Dracula. Melalui usaha ini, dunia Barat berusaha agar sosok Dracula tetap dikenang sepanjang masa. dan sekaligus memantapkan mitos tentang Dracula sebagai Vampir penghisap darah manusia. Dengan cara seperti ini pula mereka sengaja membuat agar sosok Dracula semakin kabur dibungkus oleh mitos. Usaha Barat ini bisa dikatakan cukup berhasil yang bisa dibuktikan dengan menghitung seberapa banyak orang yang mengetahui siapa sebenarnya Dracula. Bisa dikatakan mereka hanya segelintir orang. Dari sedikit yang mempunyai pengetahuan tentang Dracula tersebut akan lebih sedikit lagi yang mengetahui sosok Dracula secara utuh. Mereka ini mungkin sejarawan langka yang sekarang mungkin jumlahnya bisa dihitung dengan jari.

Dan ada lagi yang harus dijelaskan bahwa selain mengaburkan sosok Dracula yang sebenarnya, mitos ini pun menghilangkan sosok Sultam Muhammad II atau yang lebih dikenal dengan Muhammad Al-Fatih yang di Negara barat dikenal dengan nama Sultan Mehmed II. Dalam sejarah memang disebutkan, bahwa Dracula berperang melawan kerajaan Turki, namun Sultan Mehmet II tidak disebut sama sekali seolah-olah lenyap ditelan zaman. Padahal sejarah resmi mencatat, peranan sultan dalam mengakhiri kejahatan yang ditimbulkan oleh Dracula yaitu dengan cara menggempur Dracula secara besar-besaran sebanyak 2 kali yaitu pada tahun 1462 dan 1476. Serangan pertama menyebabkan Dracula kehilangan tahtanya dan serangan kedua menyebabkan Dracula tewas. Namun, semua fakta tersebut dihapus oleh Barat. Bahkan di dalam mitos disebutkan bahwa Dracula hanya bisa dikalahkan dengan salib dan bawang putih dan bisa dibunuh dengan cara menusukkan pancang kayu salib tepat pada jantungnya. Kalau ditelisik lebih mendalam mitos tentang dracula tersebut kelihatan sekali muatan politisnya. Salib merupakan simbol utama perang salib. Ke mana pun pasukan salib bergerak, mereka membawa salib sebagai pegangan bahwa mereka sedang melakukan perang suci, dan sekaligus sebagai pelindung mereka. Dalam hubungannya dengan mitos Dracula, salib kembali dipakai. Salib dipakai sebagai simbol superioritas Barat. Mereka ingin menunjukkan hanya dengan saliblah Dracula bisa dibunuh dan hanya dengan saliblah masyarakat akan terlindungi dari teror vampir yang haus darah. Secara langsung sebetulnya mereka ingin mengatakan pada dunia bahwa pasukan bulan sabit tidak pernah berhasil membunuh Dracula, hanya merekalah yang dengan menggunakan salib dapat mengakhiri kehidupan Dracula. Inilah cara Barat menunjukkan superioritas mereka pada dunia.

Begitulah usaha barat untuk menguasai sejarah. Mereka menggunakan apa saja agar kesadaran sejarah dunia dapat mereka kuasai. Cara mereka yang begitu halus menyebabkan banyak orang tak menyadarinya. Masyarakat tak menyadari bahwa mereka telah terperangkap dalam pemahaman sejarah yang diciptakan Barat.

Untuk melihat video dukumenter tentang drakula, silahkan unduh di sini.



Sumber : http://www.catatanlepas.com/fakta/35-umum/46-dracula-sebuah-fakta-yang-dijadikan-mitos.html 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar